Analisis Modal Kerja
1. Pengertian Modal
Kerja
Terdapat beberapa definisi modal kerja yang lazim dipergunakan,
yaitu:
Menurut Weston dan Brigham (1981, p.266)
“Working Capital is a firm’s investments in short – term assets
– cash, short-term securities, account receivable, and inventories. Gross
Working Capital is the firm’s total current assets. Net working capital is
current Assets minus current liabilities. Working Capital Management, which
encompases all aspects of the administration of both current assets and current
Liabilities”. Yang kurang lebih memiliki arti: Modal kerja adalah investasi
perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas,sekuritas (surat – surat
berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut modal
kerja bruto ( gross working capital ). Sedang modal kerja bersih ( net working
capital ) adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Manajemen modal kerja
didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar
maupun huntang lancar.
Menurut Wasis (1991, p.63)
Modal kerja adalah
“Modal
Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat
berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal
kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam
sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi
utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja neto adalah selisih antara
aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancer”.
Modal kerja menurut Droms
(1991:131) adalah
“The term working capital generally refers to a firm's investment
in current asset over current liabilities. Net working capital refers to the
excess of current assets over current liabilities and can be thought of as the
circulating capital of a business firm. Effective control of this circulating
capital is one of the most important Junctions of financial management”.
Jadi dapat disimpulkan
Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar. Kelebihan ini
disebut modal kerja bersih (berikutNet Working Capital). Kelebihan ini
merupakan jumlah aktiva lancer yang berasal dari utang jangka panjang dan modal
sendiri. Definisi bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan
tersediannya aktiva lancer yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan
menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin
kelangsungan usaha dimasa mendatang.
2. Pentingnya Moda
Kerja yang cukup.
Modal kerja
sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya
dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa
membahayakan keadaan keuangan perusahaan.
Manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah
sebagai berikut:
a.
Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai
aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya
nilai persediaan karena harganya merosot.
b.
Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendek tepat pada waktunya.
c.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai
sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
d.
Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
e.
Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
guna melayani permintaan konsumennya.
f.
Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang
menguntungkan kepada pelangan.
g.
Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang
dibutuhkan.
h.
Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau
depresi.
Diluar kondisi
di atas, yakni adanya modal kerja yang berlebih-lebihan atau terjadinya kekurangan
modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi
perusahaan.
Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut.
Ø Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang
diperlukan.
Ø Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.
Ø Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk
membayar dividen, membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya.
Ø Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses
penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.
Ø Akumulasi dana sementara mennunggu investasi, ekspansi, dan
lain-lain.
Kelebihan modal kerja, khususnya dalam bentuk kas dan
surat-surat berharga, tidak mengguntungkan karena laba tersebut tidak digunakan
secara produktif. Dana yang menganggur, pendapatan yang rendah, investasi pada
proyek-proyek yang tidak diinginkan atau fasilitas pabrik dan perlengkapannya
yang tidak perlu, semuanya merupakan operasi perusahaan yang tidak efisien.
Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai
berikut:
· Adanya kerugian usaha. Penyebab adanya kerugian usaha adalah (a)
volume penjualan yang tidak efisien relative dibandingkan dengan harga pokok
penjualan, (b) tekanan terhadap harga jual akibat ketatnya persaingan tanpa
diikuti penurunan harga pokok penjualandan biaya usaha, (c) banyaknya kerugian
karena adanya piutang yang tidak kembali, (d) kenaikan biaya tanpa diikuti
kenaikan penjualan/penghasilan, (e) biaya naik sementara penjualan menurun.
Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena ada sementara
biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas (noncash expense) seperti beban
penyusutan, depresi, dan amortisasi. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi
laba yang di tahan (retained earnings).
· Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan
persediaan barang, karena pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak
ditutup dengan asuransi.
· Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan
perluasan usaha atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan
produk baru, penerapan metode produksi baru strategi penjualan baru, dan
sebagainya.
· Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membali
aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain (investasi jangka
panjang).
· Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena
harapan keuangan terus membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan
kebijaksanaan pembayaran dividen seperti tahun-tahun sebelumnya.
· Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan
mengeluarkan jumlah rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik
persedian barang dan aktiva tetap serta membelanjai penjualan kredit dalam
volume fisik yang sama.
· Pelunasan utang yang sudah jauh tempo. Manajemen tidak
menyisihkan sebagai pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka
panjang.
3. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah
sebagai berikut.
v
Sifat umum atau tipe perusahaan.
Modal kerja
yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena
investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat.
Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan
membayar di muka sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa transport, kereta api,
bus malam, pesawat udara, dan kapal laut. Proporsi modal kerja dari total
aktiva, pada perusahaan jasa relatif kecil. Berbeda dengan perusahaan industri,
investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan
dan piutang yang relatif rendah. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang
cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih dan perusahaan jasa
juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan perusahaan
keuangan.
v
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang
dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang.
Jumlah modal
kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau
barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang
waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang
makin besar kebutuhan akan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada
volume pembelian dan harga beli per unit dari barang yang di jual. Misalnya
suatu perusahaan yang memproduksi lokomotif kereta api, di samping membutuhkan
waktu lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja yang besar
(bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel rumah tangga). Juga
perusahaan yang membutuhkan sistem pendinginan (ikan laut) dan perusahaan yang
membutuhkan proses pengeringan (tembakau, kayu) akan memerlukan modal kerja
yang lebih besar.
v
Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit
pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya
modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil
kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila
pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang
kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Di samping itu,
modal kerja juaga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang. Semakin
lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan
semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan kepada piutang. Untuk
mengurangi kebutuhan modal kerja dan mengurangi risiko kerugian karena adanya
piutang yang tidak terbayar, biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan
tunai (cash discount).
v
Tingkat perputaran persediaan.
Semakin sering
persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang
ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk mencapai
tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan
persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan
mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga, perubahan pemintaan atau
perubahan mode, juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying
cost) dari persediaan.
v
Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan
modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah
piutang menjadi uang kas. Apa bila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti
kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai
tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang
efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubung dengan perluasan kredit, syarat
kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.
v
Pengaruh konjungtur (business cycle)
Pada periode
makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung
membeli barang lebih memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti
perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan
membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaiknya dalam periode depresi
volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya
dan menarik piutangnya. Uang yang di peroleh digunakan untuk membeli
surat-surat berharga, melunasi utang, atau untuk menutupi kerugian.
v
Derajat risiko
Kemungkinan
menurunya harga jual aktiva jangka pendek menurunya nilai riil dibanding dengan
harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan
menurunkan modal kerja. Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti
diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka
pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga
dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat
berharga.
v
Pengaruh musim
Banyak
perusahan yang penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan
yang di pengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk
periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk
persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak
penjualan.
v
Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal
kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga, yang dibutuhkan
perusahaan untuk membiayai opersinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan
uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada: (a) credit rating dari
perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek), (b) perputaran
persediaan dan piutang,dan (c) kesempatan mendapatkan potongan harga dalam
pembelian.
4. Sumber Modal Kerja
Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yakni sebagai berikut.
a.
Bagian modal kerja yang realatif permanen, yaitu jumlah modal
kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan
operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha.
Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
a.
Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus
ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya.
b.
Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
c.
Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan.
Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam:
A.
Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan dan fluktuasi musim.
B.
Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
C.
Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat
diketahui atau diramalkan terlebih dahulu (Bambang Rianto, 1981:52).
Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai
berikut
b.
Pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasi-hasil
lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari
modal kerja ini harus di gunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya
usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan
dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja
adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi
jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan
perhitungan laba-rugi perusahaan.
Dalam perhitungan laba rugi terdapat dua jenis biaya usaha,
yakni (a) pos-pos biaya yang memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya
pembelian barang dagangan atau bahan baku, pembayaran gaji, upah, dan premi
asuransi; (b) pos-pos biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas atau
menimbulkan utang yang akhirnya juga tidak memerlukan penggunaan modal kerja,
contohnya yaitu beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi. Meskipun biaya-biaya
ini diperhitungkan sebagai biaya usaha dalam menentukan pendapatan bersih,
tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi
perusahaan, biaya-biaya (noncash) tersebut harus dikeluarkan karena biaya-biaya
tersebut tidak menggunakan modal kerja. Lain halnya dengan kasus kerugian
karena piutang tidak terbayar. Kerugian piutang tidak terbayar akan mengurangi
piutang. Sebaliknya penyusunan harus dikurangkan dari aktiva tetap yang tidak
ada pengaruhnya terhadap modal kerja.
c.
Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat
dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat
berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos ”surat-surat
berharga” menjadi pos ”kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber
penambahan modal kerja. Sebaiknya, jika terjadinya kerugian maka modal kerja
akan berkurang.
d.
Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva
tidak lancar lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan
aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya yang tidak
dipergunakan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menjadi
kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak
lancar tersebut.
Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang
dan aktiva tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil
(extraordinary item).
e.
Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik
Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh
perusahaan apabila diperluakn sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi
perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu
disukai karena adanya beban bunga di samping kewajiban mengembalikan pokok
pinjamannya.
5. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan
modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai
berikut:
v
Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang
jangka pendek (termasuk utang dividen).
v
Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada
perusahaan perseorangan dan persekutuan).
v
Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan
pengeluaran kas.
v
Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun
pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali
aktiva tidak lancar.
v
Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan
investasi jangka panjang.
v
Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham
perusahaan.
Transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan bentuk aktiva
lancar tetapi tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah
a.
Pembelian tunai surat-surat berharga.
b.
Pembelian tunai barang-barang dagangan.
c.
Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang
dagang menjadi piutang wesel.
Apabila
didasarkan pada data neraca, perubahan modal kerja (dalam pengertian modal
kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari perubahan unsur-unsur rekening
tidak lancar (noncurrent accounts).
Perubahan
unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperbesar modal
kerja (neto) adalah:
a.
Berkurangnya aktiva tidak lancar.
b.
Bertambahnya utang jangka panjang.
c.
Bertambahnya modal saham.
d.
Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Adapun
perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperkecil
modalkerja (neto)adalah:
a.
Bertambahnya aktiva tidak lancar
b.
Berkurangnya utang jangka panjang
c.
Berkurangnya modal saham
d.
Pembyaran dividen tunai
e.
Adanya kerugian dalam operasi perusahaan
Langkah-langkah
penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut:
a.
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja disusun berdasarkan
data neraca yang diperbandingkan dan informasi yang berkenaan dengan perubahan
semua rekening tidak lancar dan pos-pos modal sendiri.
b.
Berdasarkan data neraca yang dperbandingkan dapat diketahui perubahan
neto untuk masing-masing rekening neraca yaitu adanya kenaikan atau penurunan
modal kerja beserta besarnya perubahan modal kerja.Kenakan dalam saldo rekening
aktiva, penurunan dalam saldo rekening utang dan penurunan modal dalam saldo
rekening modal ditunjukkan dalam kolom debet, sedang penurunan dalam saldo
rekening aktiva, kenaikan dalam saldo rekening utang dan kenaikan saldo
rekening modal dicantumkan dalam kolom kredit.
c.
Perubahan saldo rekening-rekening tersebut kemudian ditarik kedalam
dua kolom terakhir. Jumlah debet dari aktva tidak lancar, utang tidak lancar
(utang jangka panjang) atau rekening modal pada kolom perubahan neto kemudian
ditarik ke dalam kolom rekening, atau rekening modal (pada kolom perubahan
neto) kemudian ditarik ke dalam kolom sumber dana.
Penyesuaian yang perlu dibuat pada kertas kerja dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu sebagai berkut:
a.
Penyesuaian untuk menghapus perubahan suatu rekening yang tidak
mempengaruhi modal kerja. Perubahan rekening tertentu mungkin timbul dari
transaksi yang tidak ada hubungannya dengan perubahan dana. Sebagai contoh
perubahan yang terjadi karena adanya penilaian kembali terhadap aktiva tetap,
penghapusan aktva tidak berwujud dengan membebankannya pada laba ditahan,
pemberian deviden yang berupa saham dimana sejumlah laba yang ditahan
dipindahkan ke rekening modal saham, suatu aktiva mungkin telah keliru
dibebankan sebagai biaya pada periode sebelumnya-kemudian kesalahan
diketahui-aktiva tersebut mungkin telah dibebankan dan dikreditkan pada laba
yang ditahan. Kejadian tersebut mengakibatkan perubahan dalam saldo rekening,
tetapi pada kenyataannya tidak ada pengaruhnya terhadap modal kerja.
Penyesuaian perlu dibuat terhadap berbaga perubahan itu, guna menghapus
rekening yang bersangkutan dengan cara membuat jurnal pembalikan dari jurnal
yang dibuat pada waktu perubahan terjadi.
b.
Penyesuaian untuk melaporkan sumber-sumber dan penggunaan modal
kerja secara pilah-pilah (individual) bagi peristiwa di mana beberapa transaksi
hanya diringkas pelaporannya dalam satu rekening. Perubahan saldo suatu
rekening mungkin menghasilkan adanya beberapa sumber atau penggunaan modal
kerja atau merupakan kombinasi dari sumber dan penggunaan modal kerja. Sebagai
contoh saldo dari rekening pabrik dan alat perlengkapannya mungkin mencerminkan
baik karena adanya pembelian (penggunaan modal kerja) maupun karena adanya
penjualan (sumber modal kerja). Saldo rekening investasi (jangka panjang)
mungkin mencerminkan pengaruh baik karena adanya pembentukan (penggunaan modal
kerja) maupun adanya pelepasan (sumber modal kerja). Penyesuaian perlu dibuat
dalam kertas kerja guna melaporkan secara terpisah masing-masing sumber dan
penggunaan modal kerja.
c.
Penyesuaian guna melaporkan adanya sumber atau penggunaan modal
kerja secara tunggal (menjadi satu) terhadap suatu sumber atau pengguanaan
modal kerja yang dilaporkan dalam dua rekening atau lebih. Suatu jumlah yang
merupakan sumber modal kerja atau penggunaan modal kerja, sebagai hasil dari
transaksi tertentu, mungkin telah dicatat dalam dua rekening atau lebih.
Misalnya investasi tertentu (jangka panjang berupa surat-surat berharga mungkin
telah dijual kembali dengan hasil yang melebihi harga perolehannya. Transaksi
akan dicatat dalam rekening kas, rekening investasi, dan rekening laba ditahan.
Penyesuaian perlu dibuat untuk menggabungkan keduanya menjadi satu sumber modal
kerja yang berasal dari penjualan surat-surat berharga tersebut. Contoh
lainnya, penjualan saham diatas harga nominalnya akan dicatat dalam rekening
kas, modal saham, dan premium saham atau surplus.
SUMBER ::
http://blog.unnes.ac.id/tribos/files/2010/03/Pertemuan-5-Analisis-Penggunaan-Modal-Kerja.pdf